Wayang Topeng Malangan merupakan tradisi budaya dan religiusitas masyarakat Jawa semenjak Kerajaan Kanjuruhan yang dipimpin oleh Raja Gajayana semasa abad ke 8 M. Ini bisa penulis tafsirkan tentang fungsi Candi Badut (arti badut = tontonan) ini menunjukan bahwa saat itu candi berfungsi untuk tontonan “pendidikan yang disampaikan oleh Petinggi / Raja”. Sedangkan Raja Gajayana ini juga mahir menarikan tarian Topeng. Coba anda cermati dari bentuk bangunan candi.

Di Buku Henri Supriyanto, dituliskan Wayang Topeng Malangan mengikuti pola berfikir India, karena sastra yang dominan adalah sastra India. Jadi cerita Dewata, cerita pertapaan, kesaktian, kahyangan, lalu kematian itu menjadi muksa. Sehingga sebutan-sebutannya menjadi Bhatara Agung. Jadi itu peninggalan leluhur kita, sewaktu leluhur kita masih menganut agama Hindu Jawa, yang orientasinya masih India murni. Termasuk wayang topeng juga mengambil cerita cerita dari India, seperti kisah kisah Mahabarata dan Ramayana

Dari keterangan diatas bisa diperkuat oleh Almarhum Karimun Bahwa “Kesenian Topeng tidak diperuntukkan acara acara kesenian seperti sekarang ini. Topeng waktu itu yang terbuat dari batu adalah bagian dari acara persembahyangan. Barulah pada masa Raja Erlangga, topeng dikontruksi menjadi kesenian tari. Topeng digunakan menari waktu itu untuk mendukung fleksibilitas si penari. Sebab waktu itu sulit untuk mendapatkan riasan (make up), untuk mempermudah riasan, maka para penari tinggal mengenakan topeng di mukanya”

Saat kekuasaan Kertanegara di Singasari, wayang topeng ceritanya digantikan dengan cerita cerita Panji. Hal ini dapat dipahami ketika Kertanagera waktu itu menginginkan Singasari menjadi kekuasaan yang sangat besar ditanah Jawa. Panji yang didalamnya mengisahkan kepahlawanan dan kebesaran kesatria kesatria Jawa, terutama masa Jenggala dan Kediri.

Cerita Panji dimunculkan sebagai identitas kebesaran raja raja yang pernah berkuasa ditanah Jawa. Cerita cerita Panji yang direkonstruksi oleh Singasari adalah suatu kebutuhan untuk membangun legitimasi kekuasaan Singasari yang mulai berkembang.

Wayang Topeng ini dipakai media komunikasi antara kawulo dan gusti, antara raja dan rakyatnya. Kemampuan untuk menyerap segala sesuatunya dan membumikan dalam nilai kejawaan juga banyak terjadi tatkala Islam dan Jawa mulai bergumul dalam konteks wayang topeng.

Pada saat agama Islam masuk Jawa untuk merebut hati orang Jawa. Proses Islamisasi wayang topeng oleh para wali dengan menampilkan kisah marmoyo sunat adalah sederet cerita bagaimana Islam memproduksi nilai didalamnya. Cerita menak adalah sebagai tanda masuknya Islam ditanah Jawa. Oleh karena itu cerita menakjinggo yang selama ini dominan berkembang adalah cerita menak yang dikonstruk oleh keraton Mataram yang notabene Islam.

Topeng Malang Selatan
Sulitnya keraton keraton Islam menaklukkan brang wetan yang didalamnya termasuk bekas keraton Singosari, mengakibatkan wayang topeng cerita menak kurang mendapatkan respon diwilayah ini. Hal lain yang mendorong wayang topeng cerita panji benar benar mendarah daging diwilayah brang wetan dikarenakan kebijakan mengembangkan wayang topeng yang ditanam kuat oleh Raden Wijaya, Raja Majapahit pertama. Topeng oleh Raden Wijaya dipergunakan sebagai media rekonsiliasi antara Kediri, Singosari dan Majapahit, Dalam merebut kuasa digunakan sebagai pengaruh dominan untuk tegaknya identitas politik.

Pada masa kolonial, daerah daerah perkebunan oleh mandor mandor belanda didirikan kembali kelompok kelompok topeng. Kenapa? Sebab daerah perkebunan adalah daerah daerah yang tingkat ekonominya sangat rendah dan kurang hiburan dan mudah dipengaruhi.

Perkembangan Topeng Malangan hanya menampilkan cerita cerita Panji sebagai relasi historis dengan sejarah Malang sendiri yang panjang, dan puncak perkembangan topeng mulai berkembang lagi saat pelarian pasukan Mataram Diponegoro, yang banyak bersembunyi di Malang Selatan yaitu daerah Panjen (Kepanjen) dan sekitarnya.

Para pelarian diponegoro menggunakan tari topeng digunakan sebagai kedok untuk menyembunyikan jati dirinya salam mendidik rakyat kecil dengan tujuan membangkitkan jiwa kemerdekaan dari ketidak adilan penguasa.

Dari cerita diatas bisa kita lihat secara jelas adanya pengrajin-pengrajin yang masih meproduksi, berada didaerah, misalnya :

  1. – Pakisaji
  2. – Wonosari
  3. – Kromengan
  4. – Sengguruh / Jenggolo
  5. – Senggreng
  6. – Tumpang

Demikian sedikit data yang kebenarannya masih perlu di pertajam lagi, agar kejelasan identitas yang dari : Tari Topeng, Kerajinan Topeng Malang Selatan bisa semakin Hidup.

Diulas oleh : Agung Cahyo Wibowo

Sumber :http://agungkepanjen.blogspot.com/2011/04/topeng-malangan-dan-panji.html

16 Replies to “Sejarah Topeng Malangan”

Wayang topeng Malangan mengikuti pola berfikir India. Statement ini harus dibuktikan terlebih dahulu. Apalagi Cerita Panji telah banyak diteliti sebagai cerita asli Indonesia (nusantara). Dan hampir semua kelompok Wayang Topeng Malang secara turun menurun selalu menampilkan cerita panji sebagai lakon utama. Meskipun memang ada salah satu kelompok wayang topeng di Dusun Kopral Kalipare (yang sekarang mungkin sudah tidak beregenerasi) pernah menampikan cerita Menak. Kalaupun ada kelompok wayang topeng yang menampilkan cerita Wayang Purwo itu biasanya ditampilkan dalam acara hajatan karena permintaan yang mempunyai hajat.

Wayang topeng Malang juga belum terbukti sebagai media penyebaran agama Islam, Media rekonsiliasi Majapahit, ataupun media perjuangan Pangeran Diponegoro. Dalam kesenian Wayang Topeng Malang, Topeng tidak pernah difungsikan sebagai kedok untuk menyembunyikan jati diri. Justru dalam kesenian wayang topeng Malang, seniman penari topeng harus mampu menampilkan jati diri manusia seutuhnya. Konsep "Njobo-Njero" sebagai lelaku batin seniman topeng akan semakin meningkatkan spritualitas dalam menjalankan hidup bermasyarakat.

Terima kasih atas respon yang diberikan oleh Cak Didi. Masukan yang diberikan sangat bermanfaat untuk bisa menyempurnakan apa yang sudah ada. Apabila ada yang masih harus disempurnakan, mari kita bersama-sama memberikan yang benar agar informasi mengenai kesenian Wayang Topeng Malangan semakin dikenal dan tentunya terus dilestarikan sebagai budaya bangsa dan malang khususnya. Jika Cak Didi mempunyai versi sejarah kesenian wayang topeng malangan yang lebih valid, mungkin bisa dikirimkan ke info@malangan.com agar dapat dimuat di website ini. Terima kasih. 😀

Usul, di daerah kantong kantong yg melestarikan topeng malangan, dibangunlah gapura dg wujud topeng malangan utk menunjukkan kepedulian masyarakat setempat.
BRAVO TOPENG MALANGAN

jika ingin beli dan berpesan topeng Malangan, monggoh datang ke kediaman maestro tari topeng, almarhum Mbah Karimun di Desa Kedungmonggo, Kecamatan Pakisaji, nanti bisa langsung brtemu mbah yam, istri mbah karimun yang masih setia mempertahankan tari n topeng malangan

Saya dari pulau seberang. Yg sekarang tinggal di malang. Sangat tertarik dengan adanya budaya topeng malangan. Ingin mengetahui cerita apa yg sebenarnya dalam pertunjukan tersebut. Apa ada pesan-pesan moral yg bisa sampai ke anak muda sebagai generasi bangsa indonesia ? .
Kalo boleh saya tau. Dimana saya harus belajar dan menggali informasi-informasi tersebut ?

Leave a reply to rya Cancel reply